Dari anak-anak hingga orang tua, semua menyatu dalam semangat dan disiplin dojo
SMSNEWS.id | Batam - Suara teriakan penuh semangat menggema dari tengah lapangan tempat latihan rutin karate Dojo Gagak Timur Batam, salah satu klub karate di bawah naungan Induk Organisasi Olahraga (INORGA) Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) yang tergabung dalam Cabang Olahraga (CABOR) Yayasan Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) Koordinator Cabang (Korca) Kota Batam.
Anak-anak kecil, remaja, orang tua bahkan lansia tampak antusias mengikuti setiap instruksi. Inilah bukti nyata bahwa latihan karate terbuka bagi siapa saja—tanpa memandang usia, profesi, atau latar belakang sosial.
Beragam Usia dalam Satu Dojo
![]() |
Para peserta didik karate saat mengikuti latihan rutin di Dojo Hikari, Sabtu (7/6/25). (Foto : dok/John/ist) |
Mereka semua mengenakan seragam karate yang sama, mengikuti gerakan dasar dengan penuh konsentrasi. Semangat yang terpancar dari setiap gerakan mereka menandakan bahwa karate bukan sekadar olahraga, tapi cara hidup.
Kutipan dari Pelatih
Paulus Pela yang akrab disapa Senpai Arnold, mengatakan bahwa latihan karate itu tidak memandang usia dan latar belakang, siapa saja bisa bergabung.
“Di dojo, kita semua setara. Yang terpenting bukan siapa mereka, tapi bagaimana mereka berusaha dan menghormati proses,” ujar Senpai Arnold, yang telah melatih karate belasan tahun itu.
Senpai Arnold menyebutkan bahwa membekali diri dengan kemampuan beladiri itu sangat penting, "Apalagi kita hidup di Kota, setidaknya kita bisa menjaga diri dari hal-hal yang tidak di inginkan, contohnya ketika tiba-tiba ada orang lain yang ingin menyerang atau melukai kita, setidaknya kita bisa melakukan penyelamatan diri dengan kemampuan dan teknik yang kita pelajari selama latihan karate," pungkasnya.
Cerita Peserta
Jonrius Sinurat (39), mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) yang kesehariannya menjalankan profesi jurnalis, mengaku awalnya hanya ingin mengantar jemput dan menemani anak-anaknya latihan.
“Tapi lama-lama saya ikut tertarik. Dan sekarang saya ikut latihan bersama anak-anak saya, untuk membakar semangat anak-anak juga dan memberikan motivasi pentingnya olahraga beladiri karate,” katanya sambil tersenyum bangga.
![]() |
Rafika Haira (24), Ibu Rumah Tangga (kanan) usai mengikuti kegiatan latihan rutin di Dojo Gagak Timur Batam, Minggu (8/6/25) saat diwawancarai wartawan media ini. (Foto : dok/John/ist) |
Salah satu peserta lainnya, Rafika Haira (24), Ibu Rumah Tangga yang memiliki satu anak laki-laki mengaku senang untuk ikut latihan karate bersama anak-anak dan mendapat dukungan penuh dari suami dan keluarga.
"Selain untuk meningkatkan kemampuan beladiri, saya juga ingin mengeksplor hal baru yang bernilai positif," ujar Rafika Haira.
Selain kedua peserta yang telah berstatus orang tua itu, Meisya (7), salah satu peserta sabuk biru mengaku bangga sehari-hari bisa berlatih karate bersama orang-orang yang jauh di atas umurnya.
"Senang om, saya latihan mulai dari TK, Alhamdulillah sekarang saya sudah sabuk biru walaupun masih kelas 1 SD," ujarnya dengan penuh semangat ketika diwawancarai wartawan media ini.
Karate Sebagai Sarana Penyatuan
Karate bukan hanya melatih fisik, tapi juga nilai-nilai universal seperti disiplin, saling menghormati, dan kebersamaan. Latihan yang dilakukan bersama lintas usia menciptakan rasa kebersamaan dan toleransi yang kuat antaranggota.
Latihan karate membuktikan bahwa tak ada kata terlambat atau terlalu awal untuk mulai belajar. Di atas tatami, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang—tanpa dibatasi usia ataupun latar belakang. Karate, pada akhirnya, adalah tentang perjalanan pribadi menuju versi terbaik dari diri sendiri. (Kristina)
Editor : Red