![]() |
Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Riau, Larshen Yunus. (Foto : dok/net/ist) |
SMSNEWS.id | Pekanbaru - Gubernur Riau, Abdul Wahid terkesan menyalahkan Wakil Gubernur Riau, SF Haryanto gegara defisit anggaran sebesar Rp.3,5 triliun. Sontak mendapat berbagai sorotan. Salah satunya dari Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Riau, Larshen Yunus.
Sikap menyalahkan itu kerap dilakukan dalam setiap kesempatan Abdul Wahid yang seakan-akan membuka borok rumah tangganya sendiri, dan seakan-akan permasalahan itu muncul bukan karena dirinya.
"Gubernur Abdul Wahid adalah sosok 'pemimpin bermental badut', bahkan cenderung juga cocok dengan istilah lupa kacang dengan kulitnya," kata Larshen Yunus kepada wartawan, Senin (9/6/25).
Yunus juga menilai, dari faktor usia, Abdul Wahid layaknya anak dari SF Haryanto. Begitu juga dari faktor pengalaman, orang nomor satu di Riau itu belum ada apa-apanya dibandingkan wakilnya sendiri.
"Sementara kalau pak SF Hariyanto sudah terkenal dengan istilah 'birokrat senior' dengan puncak terakhirnya sebagai Sekdaprov plus bonus sebagai Penjabat Gubernur Riau. Termasuk juga dari aspek keuangan, Abdul Wahid tidak apa-apanya. Tapi kok bisa seperti ini ya? baru saja dilantik, sifat asli seorang Abdul Wahid sudah ditunjukkannya,” ujar Larshen Yunus dengan nada sesal.
Ketua KNPI Provinsi Riau itu ingatkan lagi, bahwa pemicu terjadinya pecah kongsi berasal dari Abdul Wahid sendiri, yang menyebabkan Tugas Pokok dan Fungsi serta peran seorang Wakil Gubernur turut dibatasi.
Langkah kaki SF Hariyanto seakan diikat tali, hingga akhirnya Gubernur Abdul Wahid leluasa bersikap seperti pemimpin tanpa muka.
"Coba kita fahami lagi, semua daerah dan juga pusat keuangan nya sedang defisit, lalu kenapa mesti diributkan? kenapa harus dibesar-besarkan seperti itu? sehingga tali silaturrahim dipaksa untuk terputus. Abdul Wahid merasa leluasa dengan jabatannya saat ini. Sementara peran wakilnya sama sekali tidak diberikan. Bukankah ini tindakan yang sangat dzolim?,” kata Larshen Yunus penuh tanya.
Dia menambahkan, hanya karena uang dari PT Pertamina Hulu Rokan dan pusat tidak masuk ke kas daerah, lantas Gubernur Abdul Wahid dan para pembisiknya selalu menyalahkan SF Hariyanto, seakan-akan kondisi tersebut dia yang melakukan.
“Anggaran itukan disusun mengacu pada realisasi tahun 2023. Karena yang menetapkan anggaran tahun 2024 adalah dimasa kepemimpinan Gubernur Syamsuar dan untuk tahun 2025, yang menetapkan anggaran dimasa PJ Gubernur Riau Rahman Hadi. Lalu kenapa bola panas selalu dialamatkan kepada bapak SF Hariyanto?,” pungkas Larshen Yunus kembali dengan tanda tanya.
Dia kembali menegaskan, agar masyarakat jangan mau terpengaruh dengan isu murahan, "Apalagi kalau yang menyampaikan itu adalah Gubernur Abdul Wahid, pemimpin yang suka berbohong, sosok yang lupa kacang dengan kulitnya," pungkasnya.
“Coba kita perhatikan argumentasi dan berbagai spekulasi yang selalu dihembuskan Gubernur Abdul Wahid. Katanya pesta sudah usai dan dia merasa disuruh cuci piring bahkan Abdul Wahid selalu katakan tentang warisan utang Rp.176 triliun di awal kepemimpinannya. Maksudnya apa? terlalu norak dan murahan sekali. Kalau memang dari awal dia tahu kondisi itu, kenapa dia mau dipasangkan sama pak SF Hariyanto? bahkan justru faktanya kontestasi Pilgub Riau tahun lalu peran pak SF Hariyanto sangat sentral, selaku PJ Gubernur Riau, bukan hanya sisi finansial nya saja yang banyak keluar, tetapi ada banyak faktor yang turut mendukung kemenangan mereka pada ajang Pilgub Riau tahun lalu," tutup Larshen Yunus.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, media ini masih berupaya untuk melakukan konfirmasi langsung kepada Gubernur Riau terkait kebenaran isu tersebut. (*)
Editor : Red