Life in Marhaenis: DPC GMNI Batam Dampingi Warga Tinjau Lokasi Penyebab Banjir Life in Marhaenis: DPC GMNI Batam Dampingi Warga Tinjau Lokasi Penyebab Banjir

Life in Marhaenis: DPC GMNI Batam Dampingi Warga Tinjau Lokasi Penyebab Banjir

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

SMSNEWS.id | Batam - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Batam melakukan advokasi terhadap warga RW.12 Kavling Kampung Tua Sungai Binti, Kecamatan Sagulung, Kota Batam pada Minggu (10/8/25), melalui program "Life in Marhaenis".

Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa meninjau sejumlah titik penyebab banjir yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Bersama warga, peninjauan dimulai dari lokasi banjir di RW.12 dengan melakukan penelusuran saluran irigasi yang tertimbun, kemudian mengamati proyek pembangunan, selanjutnya melakukan survei wilayah penimbunan rawa-rawa, hingga meninjau langsung area hilir di sekitar perusahaan KTU Shipyard.

Ketua DPC GMNI Batam, Alwi, menyampaikan bahwa pada tanggal 8 Agustus lalu, pihaknya menerima aduan dari masyarakat terkait banjir yang terus menghantui warga selama setahun terakhir.

“Bahkan dengan curah hujan ringan, warga tetap mengalami banjir akibat dampak pembangunan yang terjadi di sekitar kawasan permukiman,” ungkap Alwi kepada wartawan, Minggu (10/8/25).

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

Menurutnya, GMNI telah menerima sejumlah keluhan warga, termasuk terkait kehadiran BP Batam yang pernah turun ke lokasi namun tidak sempat menyambangi langsung rumah-rumah warga yang terdampak banjir.

"Warga juga mengaku pernah dijanjikan pembangunan jembatan, tetapi hingga kini belum ada realisasi," ujar Alwi.

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

Alwi menambahkan bahwa GMNI akan melakukan kajian akademis menggunakan prinsip etika lingkungan, untuk mengidentifikasi dampak, penyebab, dan solusi dari permasalahan banjir ini.

“Besok (11 Agustus_red) kami akan mengukur elevasi di beberapa titik dekat laut, dan langkah-langkah selanjutnya akan kami diskusikan bersama warga,” lanjutnya.

Mahasiswa Universitas Riau Kepulauan itu juga berharap masyarakat bersabar menunggu hasil kajian selama empat hari ke depan, sebelum dilakukan audiensi bersama DPRD Kota Batam dan BP Batam.

“Kami merasa perlu menyuarakan ini kepada instansi terkait, dan akan terus memperjuangkan hingga tuntas. Dalam prinsip, kami hadir sebagai penyambung lidah rakyat. Namun apabila suara kami tidak diakomodir oleh pemerintah, mahasiswa pun memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan aspirasi. Kami akan melakukan penghentian proyek dan demonstrasi,” tegas Alwi.

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Sabarna, tokoh masyarakat RW.12 Kavling Kampung Tua, Kelurahan Sungai Binti, mengungkapkan bahwa BP Batam pernah meninjau lokasi banjir bersama pemerintah dan aparat kepolisian beberapa bulan lalu. Namun, menurutnya, peninjauan tersebut tidak membuahkan hasil, karena janji-janji yang diberikan tak kunjung terealisasi.

Ia mengeluhkan bahwa tim dari BP Batam tidak sempat mendatangi langsung rumah warga saat banjir melanda.

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

“Seharusnya mereka datang dulu, lihat keadaan kami, dengarkan keluhan kami, keringkan air mata kami, baru pergi,” ujar Sabarna saat diwawancarai wartawan di Sungai Binti, Jumat (8/8/25).

Disisi lain, Rahman Ismail, warga RT.01, menduga ada upaya dari pihak kelurahan untuk menghalangi kedatangan BP Batam dan tim ahli ke rumah-rumah warga.

“Awalnya tim ahli setuju datang, tapi setelah survei dilakukan di dekat PT KTU, mereka tiba-tiba batal ke rumah kami, katanya sudah dilimpahkan ke Lurah. Pertanyaannya, kenapa lurah yang menangani semuanya?,” ujarnya heran sembari bertanya.

Menanggapi hal tersebut, Jamil, Lurah Sungai Binti, membantah dugaan tersebut. Ia mengakui memang terdapat persoalan besar terkait banjir di beberapa titik wilayah kerjanya. Ia mengklaim semua keluhan warga RW.12 telah disampaikan langsung, dan berbagai pihak telah melakukan survei serta membahas rencana penanggulangan.

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

“Kemarin kami justru berinisiatif membawa BP Batam dan Pemko Batam ke lokasi. Hanya saja, karena survei berlangsung hampir seharian penuh dan semua informasi telah disampaikan, kami anggap permasalahan ini sudah diketahui oleh kedua belah pihak,” ujar Jamil saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.

Sabarna yang telah tinggal di Kavling Kampung Tua Sei Binti selama delapan tahun mengungkapkan, sebelumnya tidak pernah terjadi banjir. Namun sejak adanya pembangunan dan penimbunan saluran air, banjir sering terjadi bahkan saat hujan ringan.

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

Ia juga menduga penimbunan saluran air masih dilakukan secara diam-diam. “Kami ingin masalah ini segera ditangani. Irigasi air harus diarahkan langsung ke laut, jangan berkelok atau malah ditimbun. Kami ini korban, bukan provokator,” tegasnya.

Menjelang musim hujan, kekhawatiran warga meningkat. Mereka meminta agar irigasi diperlebar hingga lima atau enam meter dan tidak ada lagi penimbunan.

DPC GMNI Batam bersama warga melakukan pengecekan titik Banjir, Minggu (10/8/25). (Foto : dok/Jamal/ist)

Sabarna juga mengaku mengalami kerugian puluhan juta rupiah akibat banjir beberapa bulan lalu. Peralatan musik miliknya rusak, dan mobil pribadinya tidak bisa lagi digunakan karena terendam banjir setinggi kurang lebih 80 centimeter. (Jamal)

Editor : Red

Lebih baru Lebih lama