![]() |
Singo Qubro Guncang Unrika Culture Fest 2025: Harmoni Lintas Budaya dari Batam ke Singapura. (Foto : dok/Jamal/ist) |
Dari semangat warga Malang di perantauan, Komunitas Bantengan Singo Qubro tumbuh menjadi simbol persaudaraan lintas suku dan negara. Penampilan mereka di Unrika Culture Fest 2025 bukan sekadar hiburan, tetapi pesan kuat tentang persatuan lewat seni tradisional yang hidup di tengah modernitas
SMSNEWS.id | Batam - Suasana meriah dan penuh semangat budaya terasa kental dalam gelaran Unrika Culture Fest 2025 yang digelar pada Minggu (5/10/25) di halaman Universitas Riau Kepulauan (Unrika), Batu Aji, Kota Batam. Acara yang diselenggarakan oleh Azalana Event Organizer ini menghadirkan berbagai pertunjukan seni tradisional yang mengangkat kearifan lokal, salah satunya adalah penampilan memukau dari Komunitas Kuda Lumping Bantengan Singo Qubro.
Tampil dengan semangat yang membara, Komunitas Bantengan Singo Qubro menyuguhkan sembilan pertunjukan yang memikat hati penonton, yaitu: dimulai dari Rampak Celeng, Rampak Barong, dilanjutkan lagi dengan Rampak Celeng, Kuda Babon, Wonogeni, Pencakdor, Bantengan Berot, Kuda Pegon, dan ditutup dengan Rampak Barong.
Ratusan penonton yang terdiri dari mahasiswa, warga sekitar, hingga tamu undangan dari luar negeri turut menyaksikan acara ini. Pertunjukan berlangsung meriah, menggambarkan betapa budaya lokal masih sangat diminati dan menjadi kebanggaan bersama.
Dalam wawancara eksklusif, Kirun, perwakilan dari Bantengan Singo Qubro, menjelaskan latar belakang berdirinya komunitas ini.
“Sejarahnya, paguyuban ini terbentuk dari warga Malang yang berada di Batam. Kebetulan logo Kota Malang terkenal dengan singa, jadi kami beri nama kesenian ini Singo Qubro, yang artinya Singa Tua,” terang Kirun.
Lebih dari sekadar komunitas kesenian Jawa, Singo Qubro kini menjadi ruang kolaborasi lintas budaya. Meski berasal dari akar tradisi Jawa, anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang suku seperti, Medan, Melayu dan masyarakat Batam lainnya. Kolaborasi ini memperkuat keberagaman budaya dalam satu wadah kesenian.
“Kami ingin generasi muda tetap melestarikan kebudayaan Jawa ini. Walaupun anggotanya tidak semua berasal dari suku Jawa, tapi kami bersatu lewat seni. Kami juga sering berkolaborasi dengan kesenian dari Singapura. Bulan lalu, tanggal 19 September, kami tampil di sana, dan pada bulan November nanti kami akan tampil lagi di Singapura,” ujar Kirun penuh semangat.
Bukti nyata hubungan lintas budaya tersebut juga terlihat dari kehadiran rombongan mitra dari Singapura yang datang langsung menggunakan satu bus penuh. Mereka merupakan bagian dari kerja sama pertukaran budaya yang sudah terjalin erat dengan komunitas Singo Qubro.
Sebagai tuan rumah, Universitas Riau Kepulauan menunjukkan perannya sebagai kampus yang terbuka terhadap nilai-nilai kebudayaan dan kolaborasi lintas bangsa. Kegiatan ini menjadi ruang ekspresi seni budaya bagi mahasiswa dan masyarakat, sekaligus memperkuat posisi Unrika dalam mendukung pelestarian budaya lokal dan regional.
Sementara itu, Azalana Event Organizer selaku penyelenggara mampu mengemas pertunjukan dengan apik dan profesional, mempertemukan ragam komunitas budaya dalam satu panggung lintas generasi dan negara. Kegiatan ini, adalah wujud nyata pelestarian warisan budaya, penguatan identitas lokal, dan semangat kolaborasi yang menginspirasi generasi muda. (Jamal)
Editor : Red