Warga Pulau Geranting Pertama Kali Rayakan HUT RI: Bersatu dengan Mahasiswa KKN UNRIKA Warga Pulau Geranting Pertama Kali Rayakan HUT RI: Bersatu dengan Mahasiswa KKN UNRIKA

Warga Pulau Geranting Pertama Kali Rayakan HUT RI: Bersatu dengan Mahasiswa KKN UNRIKA

Warga Pulau Geranting Pertama Kali Rayakan HUT RI: Bersatu dengan Mahasiswa KKN UNRIKA. (Foto : dok/Jamal/ist)

SMSNEWS.id | Batam - Senja belum sepenuhnya tenggelam ketika sorak sorai pecah di lapangan bola Pulau Geranting, Selasa (19/8/25). Jingga keemasan mewarnai langit sore itu. Awan mendung tersisip menggantung seolah menahan rintik. Di tengah udara asinnya rumput laut, masyarakat berbondong-bondong menuju lapangan: pelajar, para pemuda penuh semangat, hingga bapak-bapak nelayan, kakek, dan ibu rumah tangga.

Semua bercampur menjadi satu, merayakan sesuatu yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah kampung kecil ini: peringatan “Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-80 RI”.

Untuk pertama kalinya, Pulau Geranting menyelenggarakan rangkaian lomba HUT RI. Tiga hari penuh, mulai 19 hingga 21 Agustus 2025, masyarakat tumpah ruah dalam semangat kebersamaan.

“Merdeka! Merdeka! Merdeka!” teriak lantang Firdaus, Ketua Panitia.

Firdaus Ketua Panitia. (Foto : dok/Jamal/ist)

Suara pekikannya disambut gemuruh tepuk tangan dan teriakan masyarakat. Dengan penuh haru, Firdaus membuka acara, Ia berdiri sebagai putra kampung yang sedang menulis sejarah baru.

Gotong Royong dan Laut yang Berwarna Merah Putih

“Hari ini sejarah kecil sedang kita tulis di tanah kelahiran ini. Untuk pertama kalinya, laut Pulau Geranting berubah warna menjadi merah putih,” kata Firdaus dalam sambutannya.

Kata-katanya penuh metafora yang mengandung makna. Dari dermaga hingga pelantar, dari rumah warga hingga lapangan bola, bendera merah putih terpasang, melambai ditiup angin laut. Anak-anak membawa umbul-umbul kecil, sementara kaum ibu membawa bahan jualan dan orang tua mereka memikul harapan: penerus mereka tumbuh.

Warga Pulau Geranting Pertama Kali Rayakan HUT RI: Bersatu dengan Mahasiswa KKN UNRIKA. (Foto : dok/Jamal/ist)

Di lapangan, bendera utama berkibar gagah. Tepat di bawahnya, para panitia muda-mudi berdiri berjajar ditemani mahasiswa dari Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) yang kebetulan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampung mereka. Ada rasa bangga dan terharu: kampung yang selama ini kerap merasa tersisih kini berdiri tegak, mengibarkan identitasnya di tengah laut.

Namun, di balik meriahnya acara, terdapat cerita perjuangan yang tak tersorot. Firdaus dengan jujur menyampaikan laporan keuangan di hadapan masyarakat.

Dana yang berhasil dihimpun dari sumbangan masyarakat mencapai Rp4.930.000,-. Warga RT.11 dan RT.12 menyumbang total Rp730.000,- sementara RT.13 mengumpulkan Rp850.000,-. Ada pula sebelas nama yang tercatat memberikan sumbangsih pribadi, mulai dari Rp50.000,- hingga Rp1 juta.

“Dari tangan mereka, kami belajar bahwa cinta pada kampung halaman tidak perlu diteriakkan. Cukup dibuktikan saja, kontan, tanpa banyak janji,” ucap pemuda 21 tahun itu.

Namun, pengeluaran acara hingga saat pembukaan tercatat Rp5.780.000,- dan diperkirakan masih bertambah selama tiga hari kegiatan. Kekurangan Rp850.000,- akhirnya ditutupi dengan pinjaman dari salah satu panitia, Siti Nasuha.

“Seperti layar terkembang yang tak selalu melaju tanpa angin menentang, kami pun menghadapi tantangan anggaran. Tapi kami percaya, dengan gotong royong, semua bisa dilalui,” tambah Firdaus yang juga merupakan mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) itu.

Meski identik dengan lomba tarik tambang, panjat pinang, atau balap karung, acara ini sesungguhnya melampaui sekadar permainan rakyat. Bagi Firdaus dan panitia, HUT ke-80 RI di Pulau Geranting adalah tonggak persatuan.

“Kami pemuda-pemudi Geranting lahir dari rahim semangat yang berdiri di atas kaki sendiri. Apa yang kami lakukan ini demi membangun pondasi persatuan dan jati diri masyarakat Geranting,” tegasnya dalam sambutan. 

Di sela-sela lomba, anak-anak berlarian di lapangan dan pelantar, remaja sibuk menjadi panitia, sementara orang tua duduk berderet sambil bersorak memberi semangat. Kemeriahan ini menjadi ruang di mana semua generasi saling bertemu, saling berbagi energi.

Warga Pulau Geranting Pertama Kali Rayakan HUT RI: Bersatu dengan Mahasiswa KKN UNRIKA. (Foto : dok/Jamal/ist)

Warisan untuk Generasi

Firdaus tak menutup mata terhadap tantangan ke depan. Ia khawatir, tanpa dukungan lebih lanjut, acara penutupan dan pembubaran panitia tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal, bagi mereka, forum itu penting sebagai ruang evaluasi sekaligus regenerasi.

“Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Kita hanya singgah, tapi semangat ini harus tinggal. Api semangat harus diwariskan kepada pemuda-pemudi kita,” ujarnya.

Firdaus menggambarkan, anak-anak yang hari ini berdiri membawa bendera atau bermain bola di lapangan suatu hari kelak bisa menjadi pemimpin. Mereka yang sekarang duduk di tanah lapang bisa saja kelak berdiri di podium, membawa nama Geranting lebih jauh.

Firdaus Ketua Panitia. (Foto : dok/Jamal/ist)

Menutup sambutannya, Firdaus mengakui bahwa acara ini jauh dari kata sempurna. Ada banyak kekurangan, baik dari sisi dana, waktu, maupun tenaga. Namun, ia percaya, kesempurnaan berasal dari kebersamaan dan semangat gotong royong.

“Seperti Indonesia yang tak lahir dari kesempurnaan, ia tumbuh dari semangat juang dan gotong royong. Begitu pula acara ini, tidak sempurna, namun penuh cinta, air mata, harapan, dan impian.”

Senja pun benar-benar jatuh di Pulau Geranting. Di tengah sorak sorai, terdengar sayup nyanyian perjuangan. Di lapangan bola yang menjadi saksi sejarah, masyarakat menyatukan langkah: merajut asa, menjahit kasih, dan menyalakan api merdeka pertama di tanah ranting sakti. (Jamal)

Editor : Red

Lebih baru Lebih lama