Pembakaran Mahkota Cenderawasih: Luka Simbolik atas Martabat Papua, Pemuda Katolik Minta KLHK Bertanggung Jawab Pembakaran Mahkota Cenderawasih: Luka Simbolik atas Martabat Papua, Pemuda Katolik Minta KLHK Bertanggung Jawab

Pembakaran Mahkota Cenderawasih: Luka Simbolik atas Martabat Papua, Pemuda Katolik Minta KLHK Bertanggung Jawab

Ketua dan Sekretaris Pemuda Katolik Komda Provinsi Papua Barat Daya. (Foto : dok/ist)

Pembakaran Mahkota Cenderawasih oleh Pejabat BBKSDA Papua: Simbol Adat Dihina, Martabat Papua Tersakiti

SMSNEWS.id | Sorong — Sebuah video yang beredar di media sosial Instagram memperlihatkan aksi pembakaran mahkota Cenderawasih oleh seorang oknum pejabat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua.

👉 (Sumber awal video: https://www.instagram.com/reel/DQGG1UigY-9/?igsh=MW9rNXZjbnowbnY1Zw==)

Tayangan tersebut segera memicu kemarahan luas di tanah Papua, karena mahkota Cenderawasih bukanlah sekadar atribut pakaian adat, melainkan lambang kehormatan, status sosial, dan identitas kultural masyarakat Papua.

Tangkapan layar postingan pada akun Instagram jurnalmiliter. (Foto : dok/ist)

Tayangan tersebut segera memicu kemarahan luas di tanah Papua, karena mahkota Cenderawasih bukanlah sekadar atribut pakaian adat, melainkan lambang kehormatan, status sosial, dan identitas kultural masyarakat Papua.

Menanggapi hal itu, Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Papua Barat Daya mengeluarkan pernyataan tegas mengecam tindakan tersebut dan menuntut pertanggungjawaban moral serta hukum dari pejabat yang terlibat.

Kecamatan Pemuda Katolik Komda Provinsi Papua Barat Daya. (Foto : dok/ist)

Ketua Komda Pemuda Katolik PBD, Yoseph M. Baru, menyebut pembakaran tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap simbol adat orang Papua.

“Peristiwa ini telah melukai batin masyarakat adat dan mencederai semangat kebinekaan. Kami mendesak KLHK segera memberhentikan pelaku pembakaran secara tidak hormat dan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Papua,” ujarnya.

Menurut Yoseph, tindakan semacam ini menunjukkan betapa rendahnya kesadaran kultural di kalangan aparatur negara terhadap makna simbol-simbol adat Papua.

Padahal, dalam konteks sosial-budaya Papua, mahkota Cenderawasih merepresentasikan harga diri dan spiritualitas leluhur — membakarnya sama saja dengan menginjak kehormatan orang Papua.

Sekretaris Komda Pemuda Katolik PBD, Epo Ohoilulin. (Foto : dok/ist)

Sementara itu, Sekretaris Komda Pemuda Katolik PBD, Epo Ohoilulin, menilai tindakan tersebut berpotensi menimbulkan konflik sosial dan kekecewaan mendalam.

“Ini bukan persoalan kecil. Pembakaran simbol adat adalah penghinaan terhadap seluruh orang Papua. Pemerintah harus memberikan sanksi tegas agar hal seperti ini tidak terulang,” kata Epo dengan nada tegas kepada media ini, Jumat (24/10/25).

Para pengamat menilai, kasus ini mencerminkan masih lemahnya pemahaman pejabat terhadap budaya lokal dan minimnya pelatihan etika multikultural dalam birokrasi.

Jika tidak segera ditangani secara adil dan transparan, peristiwa seperti ini berisiko menyulut ketegangan antara institusi negara dan masyarakat adat.

Pemuda Katolik Papua Barat Daya menegaskan bahwa langkah hukum dan etika harus berjalan seiring — tidak cukup dengan permintaan maaf, tetapi juga dengan penegakan sanksi konkret.

Mereka menyerukan agar pemerintah menjadikan insiden ini momentum refleksi nasional, bahwa penghormatan terhadap adat dan simbol budaya lokal merupakan pondasi utama kebinekaan Indonesia.

Hingga berita ini diterbitkan, media ini masih berupaya melakukan konfirmasi kepada pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua terkait pembakaran mahkota cendrawasih tersebut. (*/John)

Editor : Red

Isi berita disunting pada Sabtu (25/10/25) dengan menambahkan sumber berita.

Lebih baru Lebih lama