![]() |
| Mahasiswa PMII Batam Turun ke Jalan: Galang Dana untuk Korban Bencana dan Kritik Keras Tata Kelola Lingkungan Pemerintah. (Foto : dok/ist) |
SMSNEWS.id | Batam — Di tengah duka yang masih menyelimuti warga Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara akibat banjir bandang dan tanah longsor, kepedulian datang dari Kota Batam. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Batam menggelar aksi kemanusiaan dengan turun langsung ke jalan untuk menggalang dana bagi korban yang terdampak.
Aksi berlangsung pada Minggu (30/11/25) selama lima jam, pukul 13.00–18.00 WIB. Para kader PMII berdiri di delapan titik lampu merah strategis, mulai dari Sekupang, Baloi Lubuk Baja, Nagoya Thamrin, hingga kawasan Fly Over Sei Ladi dan Simpang Gelael Batam Kota. Mereka membawa kotak donasi dan poster seruan solidaritas, mengajak para pengguna jalan ikut membantu saudara-saudara yang sedang berjuang bertahan hidup di Sumatra.
Sebanyak lima komisariat turut terlibat: Universitas Riau Kepulauan, Sekolah Tinggi Ilmu Qur’an, Universitas Ibnu Sina, Abubakar Muhammad, dan Universitas Terbuka. Partisipasi aktif mahasiswa di ruas jalan utama Kota Batam menunjukkan tingginya empati generasi muda terhadap isu kemanusiaan dan lingkungan.
Ketua PC PMII Batam, Suhardi, mengungkapkan aksi bertema “PMII Bergerak” ini bukan sekadar rutinitas amal, tetapi panggilan moral terhadap penderitaan sesama.
“Harapannya, hasil penggalangan dana ini dapat meringankan beban korban bencana,” ujarnya.
Dari aksi tersebut, terkumpul dana sebesar Rp10.802.000 yang akan disalurkan melalui Pengurus Besar PMII untuk selanjutnya didistribusikan merata ke tiga provinsi terdampak. Suhardi menegaskan transparansi dalam penggunaan donasi akan diumumkan secara terbuka melalui platform internal dan media sosial PMII Batam.
Namun, kepedulian mereka tidak berhenti pada aksi solidaritas saja. Suhardi juga menyoroti penyebab bencana yang menurutnya tidak hanya berasal dari faktor alam.
“Saya menduga telah terjadi penebangan hutan besar-besaran di hulu sungai. Pemerintah harus bertanggung jawab dan tidak boleh menutup mata seolah-olah ini hanya bencana alam biasa,” tegasnya.
Pandangan kritis tersebut diperkuat oleh Sekretaris PC PMII Batam, Hidayatuddin. Ia menyebut bencana yang melanda berbagai daerah di Sumatera adalah cermin kegagalan tata kelola lingkungan yang telah berlangsung lama.
“Curah hujan ekstrem memang pemicu awal, tetapi tanpa mitigasi yang kuat dan peringatan dini yang andal, masyarakat tetap menjadi korban,” ujarnya.
Ia menyoroti fakta adanya kayu-kayu gelondongan yang hanyut terbawa arus, yang menurutnya tidak mungkin sekadar peristiwa alami.
“Ada indikasi kuat praktik eksploitasi lingkungan yang harus diungkap secara transparan,” tambahnya.
Dalam pernyataannya, Hidayatuddin juga mengkritik keras sikap pejabat pemerintah pusat yang dinilai tidak sensitif terhadap penderitaan warga.
“Pernyataan Kepala BNPB yang menyebut kondisi ‘tidak semencekam seperti di media’ menunjukkan kurangnya empati dan kemampuan komunikasi pemerintah terhadap rakyat yang sedang berduka,” ucapnya kecewa.
Menurutnya, bencana ini harus menjadi momentum evaluasi serius bagi negara, terutama dalam memastikan keselamatan rakyat sebagai mandat konstitusional yang tidak boleh dinegosiasikan.
Di sisi lain, Plt. Ketua Komisariat PMII Abubakar Muhammad, Alpin, menyampaikan harapannya agar bantuan yang terkumpul bisa menjadi penguat mental dan spirit warga terdampak.
“Semoga saudara-saudara di Aceh, Sumbar, dan Sumut dapat bangkit dan kembali menata kehidupan mereka,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa aksi ini menjadi energi positif untuk memperkuat karakter dan peran sosial mahasiswa di PMII Batam.
“Kami ingin terus melahirkan kader yang peduli dan siap mengabdi untuk masyarakat,” tutupnya. (Jamal)
Editor : Red

