![]() |
Muryadi Agus Priawan saat ditunjuk sebagai pembicara dalam sebuah acara di salah satu kantor redaksi media di Kota Batam. (Foto : dok/ist) |
SMSNEWS.id | Batam - Pasca pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan ke-XVIII yang berlangsung di Sumatera Barat, dinamika besar mengguncang tubuh aliansi, dimana beberapa BEM dari kampus-kampus besar memutuskan untuk keluar dari barisan.
Hal itu disampaikan langsung oleh Koordinator Wilayah (Korwil) Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), Muryadi Agus Priawan melalui keterangan tertulisnya kepada media ini, Selasa (29/7/25).
"Situasi ini tentu menjadi perhatian serius bagi kami di Koordinator Wilayah Sumatera Bagian Utara, namun kami memilih untuk tidak terjebak dalam narasi perpecahan, melainkan memperkuat solidaritas dan memperteguh komitmen perjuangan kami di jalur kerakyatan," kata Odi, sapaan akrab Muryadi.
Odi menuturkan, pihaknya memahami bahwa demokrasi dalam gerakan mahasiswa membuka ruang kritik dan perbedaan pandangan.
"Namun kami juga meyakini bahwa keluar dari aliansi bukanlah solusi yang mencerminkan semangat kolektif yang telah lama kita bangun bersama. Justru di tengah terpaan ujian seperti ini, seharusnya kita mampu mengonsolidasikan kekuatan, bukan melemahkan barisan," pungkasnya.
![]() |
Muryadi Agus Priawan saat menghadiri Musyawarah Nasional (Munas) BEM SI Kerakyatan ke-XVIII yang berlangsung di Sumatera Barat. (Foto : dok/ist) |
Muryadi yang juga selaku Presiden Mahasiswa Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA) itu menegaskan bahwa, Munas di Sumatera Barat adalah momentum konsolidasi perjuangan, bukan seremoni kosong.
"Kehadiran pejabat negara dalam pembukaan acara bukan berarti kami tunduk atau berselingkuh dengan penguasa," katanya.
Justru kata Odi, kehadiran mereka menjadi ruang bagi mahasiswa menyampaikan sikap dan keberpihakan kepada rakyat secara langsung, tanpa harus kehilangan integritas.
Lebih lanjut Odi menegaskan, bahwa gerakan mahasiswa hari ini tidak boleh terjebak pada simbol-simbol eksklusifitas semu yang justru membatasi ruang manuver perjuangan itu sendiri.
"BEM SI Kerakyatan adalah rumah besar yang dibangun atas dasar nilai-nilai kejuangan, keberanian menyuarakan yang benar, serta keberpihakan kepada wong cilik. Kami bukan gerakan bayangan elit, kami gerakan moral yang menjunjung tinggi suara rakyat," tegas Muryadi.
Terkait keluarnya beberapa kampus seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (UNDIP), dan Universitas Tanjungpura (UNTAN), Muryadi menyampaikan bahwa pihaknya menghormati pilihan tersebut, namun menyayangkan keputusan itu diambil secara reaktif dan cenderung menyederhanakan konteks.
"Saya menghormati setiap keputusan rekan-rekan, namun gerakan mahasiswa bukan hanya soal siapa yang hadir dalam sebuah ruangan, tapi apa yang kita perjuangkan setelah acara itu berlangsung?. Aliansi bukan tentang seremonial, tapi tentang keberanian dan konsistensi," ucapnya.
Korwil Sumbagut itu menyatakan, bahwa pihaknya bersama kampus-kampus lainnya di wilayah ini tetap berada dalam barisan BEM SI Kerakyatan dan akan terus memperkuat agenda-agenda perjuangan ke depan.
"Kami akan terus memajukan gerakan yang merakyat, menjauhi elitisme sempit, dan membela kepentingan masyarakat kecil. Munas hanyalah satu bab dalam perjuangan panjang ini. Kami tidak akan berhenti hanya karena dinamika politik internal. Perjuangan tidak boleh berhenti hanya karena berbeda tafsir," tutur Muryadi dengan penuh keyakinan.
Dalam menyikapi dinamika tersebut, Odi menuturkan bahwa pihaknya menyerukan kepada seluruh elemen BEM SI Kerakyatan untuk tidak terpecah, tetap solid dan terus mengokohkan nilai-nilai ideologis perjuangan.
"Jangan biarkan dinamika menjadi bara perpecahan, tetapi jadikan sebagai api penyulut semangat baru," katanya.
"Kita adalah gerakan yang besar karena keberagaman dan daya juang. Jangan sampai semangat itu layu hanya karena kita berbeda dalam cara melihat. Yang harus disatukan adalah keberpihakan pada rakyat, bukan ego organisasi," pungkas Muryadi.
Dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi media ini, BEM SI Kerakyatan Wilayah Sumatera Bagian Utara juga menyatakan sikap, bahwa;
1. Tetap berada dan berdiri tegak dalam barisan BEM SI Kerakyatan sebagai wadah konsolidasi perjuangan nasional mahasiswa berbasis nilai-nilai kerakyatan.
2. Menolak segala bentuk stigmatisasi bahwa kehadiran pejabat negara dalam kegiatan pembukaan Munas berarti tunduk atau kehilangan independensi.
3. Menyerukan kepada seluruh kampus di Indonesia untuk terus mengedepankan semangat persatuan gerakan mahasiswa di tengah dinamika, dan menjauhi sikap eksklusif yang justru memecah barisan.
4. Siap mengambil peran aktif dalam konsolidasi nasional lanjutan demi menjaga arah perjuangan gerakan mahasiswa yang kritis, solutif, dan berpihak kepada kepentingan rakyat.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak lain yang diterima media ini yang berkaitan dengan dinamika tersebut. (*)
Editor : John